Buku Tamu

Minggu, 28 Desember 2008

Learn from The Experience

Pengalaman mengajar kita, bahwa kita harus berpikir sebelum menceburkan diri
dalam medan pengalaman itu sendiri. Berpikir mendahului pengalaman! (Thinking to
precede the experience).
Dan berpikir itu sendiri sudah suatu pengalaman
pendahuluan. Apabila orang menceburkan diri dalam berpikir akan menumbuk kiri-
kanan. Kemudian orang merasa, alangkah pahit. Dan kepahitan hidup menuakan orang
dan memendekkan umur. Jadi, berpikir memanjangkan umur.

-----------
Ya, benar kata orang - belajar dari pengalaman. Seperti kita akan mencoba sesuatu yang berat, sejatinya tahu akan menang atau kalah. Dan yang kita butuhkan hanyalah keberanian. Keberanian adalah saat kita tahu akan kalah sebelum memulai, tetapi kita tetap memulai dan merampungkannya, apa pun yang terjadi. Kita jarang menang, tetapi kadang-kadang kita bisa menang.

Seperti saya, menerapkan pengalaman sebagai pelajaran dalam hidup. Dari pengalaman itu saya tahu bahwa kegagalan itu bukan dalam artian gagal untuk selamanya. Masih ada kata untuk menang jika kita bisa mengalahkan kegagalan itu dengan usaha dan asa yang kuat.

Senin, 15 Desember 2008

Fish vs Star

Gara-gara kebanyakan mikir kuliah perpajakan yang sulit abis, tiba-tiba pikiran saya melanglang buana sampai nggak tahu tujuan.
Saya jadi membayangkan tentang ikan dan bintang – membayangkan betapa banyak ikan di laut dan bintang di langit.

Dan pertanyaan yang nggak penting ini muncul:
Berapa banyakkah mereka? Dan manakah yang lebih banyak? Ini seperti pertanyaan ayam versus telur, duluan mana di antara mereka ada di dunia ini.

Sebenarnya pertanyaan yang nggak perlu di jawab. Saya hanya ingin menyatukan persepsi saja – tinggal kita memandang hal tesebut dari sudut pandang yang berbeda.

What do you think about it? :?

Sabtu, 13 Desember 2008

Happy Family?

Satu satu aku sayang ibu. Dua dua juga sayang bapak. Tiga tiga sayang adik kakak. Satu dua tiga sayang semuanya....
Artinya:

One one I love my mom. Two two also my father. Three three my little brother too. One two three I love them all (song by no name). Halah….

Buat saya keluarga adalah yang utama. Saya banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, sampai di list folder komputer hanya dipenuhi oleh foto mereka. *Sayang keluarga*
Saya mengagumi kekuatan sebuah keluarga, yang punya berbagai macam cerita lucu, serem, atau pahit manisnya hidup. Tapi keluarga saya sungguh aneh – benar-benar aneh. Tapi inilah yang disebut keluarga.
Keluarga yang saya namakan “Pr---n- family” terdiri lima personil, yaitu bapak, ibu, saya, Rian, dan Aan (kebetulan dua cewek dan tiga cowok). Dan sampai saat ini belum punya niat nambah anggota lagi.
Hobi : bekerja, belajar, shopping, beribadah, dan lain-lain. Campur aduk.
Status : berkacamata semua exept adik saya yang paling bontot, namely Aan. Tapi saya prediksi dia bakalan pakai kacamata kalau sudah besar nanti. *bad prediction*

Kali ini saya akan bahas satu per satu personilnya.

Ok, yang pertama Bapak. Beliau adalah sosok yang paling saya kagumi. Bangun jam tiga pagi hanya untuk melakukan shalat tahajud dan subuh di masjid di pagi buta. Tapi jika beliau sudah bergabung bersama keluarga di ruang tamu, bapak suka bercanda dengan kami, apalagi yang jadi korban tertawaan pasti adalah saya.

Yang kedua, Ibu. Ibu saya memang super mom, bisa melakukan apa saja. Paling nggak betah yang namanya kotor. Oleh karena itu rumah selalu bersih kalau ibu ada di rumah. Beliau juga suka bergaya kalau ada kamera di depannya, sementara saya malah kebalikannya, mumpet menghindari kamera ( bilang aja muka nggak fotogenik)

Ketiga, Rian. Adik saya yang satu ini sudah di cap sebagai anak bandel di keluarga, yang katanya muke mirip Afgan (one of the famous man singer in Indonesia). Dia paling nggak betah di rumah, malah menghabiskan seluruh waktu di sekolah - bisa sehari penuh. Maklum anak yang aktif, semua organisasi di sekolah diiikutin semuanya. Sampai saya nggak tahu sifat dia sebenernya karena jarang di rumah. Dasar adik saya yang aneh... *back to basic*.

Aan yang masih saja memelihara boneka kesayangannya, yaitu Jabrik, Momon, dan Tantan. Padahal berjenis kelamin cowok dan baru duduk di kelas empat sekolah dasar. Kata banyak orang, Aan mirip orang Cina karena kulitnya putih dan didukung mata yang sipit sebelah (pethet: red). *back to basic again!*

Hmmm.... yap, giliran saya, anak pertama dari keluarga ini. Saya itu orang nya sok serius, berlagak jaim, padahal hatinya kotor. Banyak penyakitnya bahkan sudah divonis penyakit hati saya sudah sampai tingkat stadium empat. Termasuk orang yang humoris bila di rumah, di tempat lain enggak (orang bermuka dua: red). Dan kalau lagi menghadapi permasalahan yang super berat, bisa juga jadi orang serius dan autis sesaat, sibuk dengan dunianya sendiri. Yang dilakuin cuma nangis melulu, bisanya ngamuk di kamar dan malah nggak cepet-cepet nyari solusi. Tapi kebanyakan happy daripada sedihnya- bisa dibilang seperti itu.

Tapi di balik itu semua, yang paling saya suka dari keluarga ini adalah kebersamaannya.

Sama-sama nyeleneh kecuali bapak. ibu sedikit nylenehnya. Dan yang paling nyeleneh adalah para anak.
Sama-sama suka berfoto ria. Maklum, keturunan orang desa, desa Gemolong. Kalo liat hal-hal yang berbau modern, langsung aja disikat.
Sama-sama orang pintar dalam menghadapi masalah. :D
Sama-sama bekerja sama dan saling membantu jika salah satu personil ada dalam masalah.

Tapi yang namanya manusia pasti nggak sempurna, begitu pula dengan keluarga saya.
Nah, Up to u guys! Yang bisa nilai cuma kalian semua. Termasuk bahagiakah keluarga saya?

Sorry for embah saya, yang tidak disebutkan dalam posting kali ini. Dan juga mbak siti yang dah setahun lebih ini ngurus-ngurus rumah dengan amat sangat baik sekali.


Ini baru part one , InshAllah saya sambung lagi di posting yang lain dan tak akan habisnya bercerita seperti ini.


Note: I just wanna say sorry to you all who read this posting cause I can’t speak English well…..Java tulen saya. *)

Senin, 08 Desember 2008

Miss Them So Much

Idul Adha yang tak biasa
Saya dilanda kerinduan begitu hebat!
Saya rindu kepulan asap yang datang dari dapur
Rindu masakan ibu yang super lezat
terutama masakan rendang dan empal buatan beliau
Rindu bau badan ayah pula,
Bau badan setelah membagi hewan qurban
Rindu embah yang sesekali membuatkan jus wortel, walau pada akhirnya saya terpaksa meneguknya
Kangen semuanya...
PASTI!!
Ah, mereka hanya pergi sebentar
Just 40 days, Tita!
Empat puluh hari penuh penantian
Tapi saya rasai itu sangat lama
Semoga mereka baik-baik saja disana, ya Allah
-------

Sabtu, 06 Desember 2008

A Letter for My Best Friend

Friend, do you know my feelings?
Just now we are friendly…
But now, I’m feel so sad and lonely
Because we have far, we always together on the happy or sad
Our friendship, it’s unforgettable memories in my life.
You must know!!
In this separate, whose gift every beautiful is known you.
And I always pray for you in order that you are success.
And we are will meet at the top prosperity.
Remember it… my friends!!
Actually, I’m very sad to take your off but it’s good time for us.
After it we have to reach for dreams. And we will get happiness.
I hope you don’t forget our friendship although we are distant.
----------
Thanks to Tika for becoming me her best friend

Sabtu, 29 November 2008

Percikan Malam

Moonlight

Langit hitam kelam. Sesekali bulan mulai nampak kembali. Kadang-kadang saja tertutup diselumuti awan diikuti hilangnya cahaya halo disekitarnya. Jangkrik-jangkrik pun tak ada yang mengerik. Sungguh malam yang sunyi...

Kebiasaan yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan melihat langit saya bisa mengubah suasana hati. Ya, suasana baru seperti malam ini. Sunyi senyap. Tak sadar saya tersungkur dalam kedamaian dan hanyut dalam sebuah pemikiran. Betapa Maha Besar Allah SWT telah menciptakan tempurung langit sedemikian rupa, bumi dan seisinya. Dan betapa kecilnya saya sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Saya masih tetap duduk juga, di kursi tamu di teras rumah – sendiri. Melihat langit seraya berbalut dinginnya malam. Dingin sampai menyusup tulang dan sendi. Badan saya tak berani bergerak. Cuma kaki yang sebentar-sebentar mengetuk-ngetuk lantai memberi secuil irama malam. Mata saya memandang langit kembali, angan-angan saya melayang lagi – entah kemana.

-----


Minggu, 23 November 2008

Mengingat Maut

Dua hari yang lalu, tak biasanya jalan yang saya lewati itu dipenuhi orang dan puluhan polisi. Jalan juga penuh sesak oleh truk-truk besar dan mobil pribadi sehingga kemacetan tidak dapat dihindari. Segesit mungkin saya memanuver shogun merah tua saya melalui kemacetan itu. Bersama iring-iringan motor yang lain, saya pun mengikuti mereka untuk mengambil jalan pintas. Sampai di perempatan jalan, saya mendapati seorang pria tengah baya berbaju serba hitam tergeletak di tengah jalan, dengan kepala ditutupi koran dan darah segar masih mengalir di dekatnya. Dia sudah tak bernyawa.

Berjarak kurang dari satu meter, saya mengamati keadaannya sejenak. Kedua tangan saya langsung gemetaran, bulu roma serentak berdiri seperti mau diajak perang, serta badan seketika mendadak lemas. Shock, mulut saya tak henti berkomat-kamit untuk beristighfar. Saya berhipotesis bahwa pria itu korban kecelakaan lalu lintas. Entah kenapa di sisa perjalanan menuju ke rumah, saya menangis. Menangis karena kasihan dan takut kejadian itu juga akan menimpa saya. Ya, keimanan saya sedang diuji Tuhan, Allah SWT.

Sampai hari ini saja saya masih tak bisa melupakan kejadian kemarin. Kebetulan atau memang itu hikmah buat saya. Setelah adik saya pulang sekolah, dengan gayanya yang antusias dia bercerita tentang keadaan temannya. Dia bercerita lagi-lagi tentang kecelakaan. Belum puas dengan trauma yang saya dapat, saya sudah dijejal lagi dengan kejadian yang mengerikan. Kakak keponakan temannya tewas tertabrak truk, tepat di jalan yang saya lalui kemarin. Ya, ternyata pria yang dimaksud adalah pria yang saya lihat kemarin. Dibalik kecelakaan itu, ada cerita yang membuat trenyuh hati saya. Menurut cerita adik saya, pria itu melihat anak kecil yang kesulitan menyeberang. Sempat-sempatnya pria itu berhenti dari motor dan membantu menyeberangkan anak itu. Di tengah jalan, sebuah truk datang tiba-tiba dengan kecepatan yang lumayan tinggi dan menabrak pria itu. Anak yang akan diseberangkannya di jatuhkan menjauh dan hanya mengalami luka-luka. Naas, orang itu tertabrak dan kepalanya terlindas ban truk.
Saya pun segera teringat kembali keadaan terakhir pria itu. Sungguh malang sekali nasibnya. Ingin berbuat kebaikan untuk orang lain malah dirinya yang menjadi korban.

----
Dari kejadian itu saya mendapatkan satu hikmah besar. Allah SWT menyimpan rencana besar tentang kematian. Kita tidak tahu kapan DIA mengutus malaikat pencabut nyawa untuk mengambil jiwa kita. Maka, ingatlah akan maut yang semakin hari kian mendekat. Karena hidup bukan untuk hidup, tapi hidup untuk Yang Maha Hidup.

Sabtu, 22 November 2008

Penyesalan

Kemarin pagi merupakan salah satu moment terpenting saya. Keluarga besar saya menyempatkan berkumpul di hari itu. Kami saling menangis dan emosi ini mendadak memuncak. Empat puluh hari ke depan adalah hari yang akan menjadi pembuktian diri saya - hari pembuktian menjadi anak pertama yang mandiri dan bertanggung jawab. Saya mencoba tetap tegar walau air mata tak kunjung kering. Saya tak bisa mengantar mereka. Saya menyesal.

Sabtu, 15 November 2008

Story About Anthurium

Anthurium lovers, mungkin itu kata yang tepat untuk menyebut diri saya sekarang. Saya pengagum dan penyuka tanaman hias, terutama Anthurium.Buat pecinta tanaman hias pasti sudah tidak asing dengan Anthurium. Tanaman ini sempat mendobrak pasar tanaman di Indonesia. Tapi sekarang mulai ditinggalkan peminat. Padahal dulu sempat jadi primadonanya.

Sebelum namanya tenar seperti sekarang, enam tahun lalu ibu saya membeli anthurium yang masih anakan dengan harga lima belas ribu rupiah. Pertamanya tanaman itu disia-siakan hidupnya. Mulai dari dipindah-pindah tempat hingga ditempatkan paling pojok rumah. Disiram pun jarang, di beri pupuk apalagi – nggak pernah! Mengenaskan lah nasibnya.

Suatu hari saya melihat bintik-bintik merah di tanaman itu. Saya kira tanaman itu nggak beres dan kelihatan aneh. Karena tidak ada kerjaan, saya ambil bintik-bintik itu lalu saya jadikan mainan. Saya dan Ibu belum tahu kalau itu adalah biji emasnya si anthurium. Ibu saya saja menganggap tanaman ini adalah makanannya ular karena bentuknya seperti makanan hewan; kecil-kecil dan berwarna merah.
Ada lagi cerita unik tentang anthurium saya. Pernah adik saya mendapat tugas prakarya untuk mencari daun-daun yang sudah kering. Sebagai kakak yang baik, saya niatkan untuk membantunya. Saat melihat di taman, saya lihat salah satu daun anthurium itu mulai kekuning-kuningan. Dan nggak habis pikir, saya potong saja daunnya. Saat itu sudah gedhe banget tu tanaman. How stupid I am.
Semenjak tahu kalau harga jual anthurium saya bisa bernilai jutaan, langsung saja Ibu dan saya ngerawat habis-habisan. Saya berharap bintik-bintik itu akan muncul lagi. Sempat saya menyesal karena dulu pernah saya sia-siakan.

Anthurium seeds
Beberapa bulan kemudian biji anthurium saya muncul kembali. Senang rasanya bisa memetik hasil jerih payah saya selama ini. Tapi saat itu harga jual anthurium mulai turun dan kalah dengan pesaingnya. Kalaupun dijual, saya hanya dapat untung sedikit. Akhirnya saya urungkan niat untuk menjualnya. Lalu apa yang akan saya lakukan dengan anthurium-anthurium itu? Yah, saya jadikan hiasan di taman dan akan merawat induk dan anak-anaknya. Setidaknya di rumah saya ada lebih seratus sepuluh anthurium anakan, belum termasuk benih yang disemaikan.


Big is beautiful...

--------

Rabu, 12 November 2008

Ketika Titik Bifurkasi Melanda...

Di saat semua orang sedang berusaha menjadi yang terbaik bagi diri mereka, saya malah ingin sekali jatuh. Kenapa saya secepat itu ingin menyerah? Sebenarnya bukan hal yang besar. Saya sudah tidak betah hidup statis. Otak kiri saya menginginkan pembaharuan lebih.

Benar sekali apa yang dikatakan Abraham Maslow. Ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup, maka ia pun dimungkinkan untuk mengejar pencarian lebih tinggi, aktualisasi diri, dan pengetahuan tentang dirinya sendiri di level yang paling dalam.

Saat ini saya memang berada di atas, semakin banyak beban dan tekanan pula. Saya cuma ingin bebas, itu saja.
-----

Minggu, 02 November 2008

Bintang Berjalan

Kejadian ini tak lama berselang, tepatnya sebelum bulan ramadhan tiba. Di pagi yang agak berembun dan dingin, dengan keadaan yang masih ngantuk... saya niatkan tuk mengambil air wudhu di kran dekat teras rumah.

Lagi-lagi kebiasan saya di pagi hari, selalu memandang langit tuk melihat rasi bintang. Saya paling suka dengan Orion. Maklum, saya tinggal di sudut kota Solo dimana bintang jarang terlihat karena langit selalu mendung dan tingginya bangunan di sekitar rumah. Jadi, hanya bisa melihat bintang di waktu tertentu saja serta dengan jarak pandang yang terbatas.

Sekitar pukul 04.45 wib saya menengadah ke atas dan melihat dua bintang berjalan! Anehnya, saya tak kunjung masuk ke dalam rumah, tapi terus saja melihat kedua bintang itu berjalan saling berjauhan. Satu bintang berjalan pelan ke arah barat laut dan satunya lagi berjalan ke tenggara. Saya kira itu adalah dua buah pesawat UFO milik mr. alien. Saat itu saja saya masih sempat berguman - sungguh indah pemandangan langka itu....

Uppss, saya segera sadar bahwa itu bukan sebuah lamunan atau mimpi, tapi sebuah kenyataan. Segera saya lanjutkan untuk wudhu secepat mungkin karena perasaan takut yang mulai hinggap. Wuaaa....terbesit dalam pikiran saya, apa ya tadi??

Yah, karena saya hanya percaya Allah SWT, saya menganggapnya sebagai secuil kebesaran dan keagungan-Nya pada alam semesta yang ditujukkan pada saya. Hehe.....
Menurut sumber yang bisa dipercaya, bintang berjalan biasa muncul di tengah malam bulan mati. Sebenarnya bukan sebuah pertanda akan terjadi suatu peristiwa, tapi hanya peristiwa alam biasa. Jadi, nggak usah takut terhadap fenomena yang terjadi disekitarmu ya.

Jumat, 31 Oktober 2008

Persahabatan Itu....

Sahabat adalah kebutuhan jiwa yang mendapat imbangan
Dialah ladang hati yang dengan kasih kau taburi
Dan kau pungut buahnya penuh rasa terima kasih
Dia pulalah naungan sejuk keteduhanmu
Sebuah pendiangan demi kehangatan sukmamu
Karena kau menghampirinya dikala hati gersang kelaparan,
dan mencarinya di kala jiwa membutuhkan kedamaian
Bila dia bicara dan menyatakan pikirannya,
kau tidak menakuti bisikan ’tidak’ dikalbumu sendiri dan tiada takut melahirkan kata ’ya’
Dan bilamana ia diam, terbungkam tanpa bicara,
hatimu tiada kan henti mencoba menangkap bahasa hatinya
Disaat terpisah dengannya, kau tiada berduka cita,
sebab apa yang paling kau kasihi darinya amatlah mungkin lebih cemerlang dari kejauhan
Bagai sebuah gunung yang tampak lebih agung dari tanah ngarai daratan
Janganlah ada tujuan lain dari persahabatan kecuali memperkaya kejiwaan
Sebab kasih sayang yang masih mengandung pamrih,
di luar misterinya sendiri bukanlah kasih, namun jaring yang ditebarkan
Persembahkanlah yang terindah demi persahabatan
Jika dia harus tahu pasang surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu
Sebab siapakah sahabat itu hingga kau hanya mendekatinya untuk bersama sekedar membunuh waktu?
Carilah ia, untuk bersama menghidupkan sang waktu
Sebab ialah orangnya untuk mengisi kekuranganmu, bukannya untuk mengisi keisenganmu
Dan dalam kemanisan persahabatan, biarkanlah ada tawa ria kegirangan, berbagi duka, dan kesenangan.
Sebab dari titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menghirup fajar hari dan menemukan gairah segarnya kehidupan.


Saya persembahkan untuk jiwa yang telah mengisi hidup ini dengan penuh makna.
Terima kasih sahabat-sahabatku....

Minggu, 26 Oktober 2008

World Heritage Carnival

Sekali lagi kota Solo punya perayaan besar. Setelah sukses menyelenggarakan SIEM 2007, kota yang dikenal sebagai kota budaya ini menjadi salah satu tuan rumah dari WHC (World Heritage Cities). Konsepnya emang beraneka ragam, mulai dari bazar murah di keraton Mangkunegaran, pameran batik, dan yang paling ditunggu-tunggu…kirab pusaka dunia! Event ini cocok sekali buat wong Solo yang doyan akan hiburan, termasuk saya.

Kirab diadakan Minggu sore di sepanjang jalan utama kota Solo. Rute yang diambil yaitu dari Balaikota sampai Purwasari. Kirab berlangsung meriah banged walaupun sempat mundur satu jam dari jadwal. Dimulainya kirab ditandai dengan tampilnya anak-anak pasukan inti Solo. Kemudian dilanjutkan bapak walikota dan wawali yang bergaya sambil menaiki seekor gajah.

Acara kirab ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama diisi dengan iring-iringan negara anggota WHC beserta wakilnya. Bagian kedua yaitu iringan warisan pusaka leluhur dan putri Indonesia ikut andil didalamnya. Dan bagian ketiga, bagian yang saya anggap paling aneh, lucu sekaligus menghibur. Banyak lakon wayang dan penari dari STSI yang menunjukkan kebolehannya. Saya juga tak mau kalah dengan mereka. Hanya bermodal kamera digital Sony, dan didukung tempat strategis untuk menjepret, saya bisa memotret semua event tersebut dan hasilnya... hmm, lumayan lah.


Solo - emang nggak ada habisnya buat diperbincangkan. Dia telah menunjukkan tajinya di mata internasional. Saya bangga jadi wong Solo...

Sabtu, 11 Oktober 2008

Welcome !

Hi, selamat datang di blog-nya Tita!

Yap, setelah mengalami berbagai rintangan dan sempat bingung memilih tempat yang cocok buat nge-blog, akhirnya saya mendapatkan tempat yang tepat di sini... di blogspot.
Pada kesempatan pertama ini saya akan memperkenalkan diri. Nama saya di blog ini Tita Sandy, biasa dipanggil Tita. Walaupun belum bisa dikatakan sebagai blogger yang mumpuni, harapan saya - semoga blog ini dapat memberikan inspirasi, motivasi, dan mendatangkan manfaat bagi Anda dan khalayak.
Note : If u have any inquiry u can leave message here, bye ^_^