Buku Tamu

Jumat, 26 Juni 2009

Tanpa Permisi

Cerita di balik lumpur Lapindo



Lapindo oh Lapindo...
Kapan penderitaan ini akan berakhir?


Terinspirasi dari debat capres putaran pertama yang mengangkat masalah lumpur lapindo, membuat saya jadi pengen memposting tentang lumpur super ini.

Sudah tiga tahun lapindo mengeluarkan lumpurnya tanpa henti. Banyak korban terutama penduduk di sekitar daerah tersebut yang mengungsi. Entah bagaimana nasib mereka selanjutnya.

Kata pak dosen saya, sebelum kejadian lumpur panas, di sekitar tempat tersebut sering dilakukan transaksi perdagangan miras. Bahkan lebih tepatnya dijadikan sebagai gudang miras terbesar. Prostitusi pun merajalela di sana.
Percaya tidak percaya, tapi hal itu memang ada benarnya.

Kejadian lumpur panas itu akibat ulah manusia sendiri yang kurang mendengar peringatan-peringatan dari Allah SWT. Di dalam Al Quran pun sudah dijelaskan bahwa Allah akan menurunkan azab pedih tanpa memandang manusia itu beriman atau tidak.

”Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah, bahwa Allah amat keras siksa-Nya.”
(Q.S. Al-Anfal: 25).

Moga-moga saja capres yang terpilih nantinya bisa mengatasi kejadian luar biasa ini.
--------

Kamis, 11 Juni 2009

Summer Scent

Setelah bingung mencari objek di sekitar rumah; seperti di bawah kolong meja, toilet, tempat pemean, taman depan rumah, dan sebagainya...
Akhirnya bunga anggrek dan bunga adenium di taman belakang menolong saya keluar dari kefrustasian ini. Bunga yang tidak saya sangka dapat mekar kembali karena kemadulannya dalam bertumbuh, tiba-tiba njedul dan pamer mahkota kepada saya. Sungguh bunga-bunga yang sombong.
Ya tidak apa-apa lah. Daripada tidak menemukan satu objek pun untuk dipotret pada musim panas kali ini. Terpaksa saya mengambil si 'dia'.

Harap maklum jika potonya jelek. Lha wong saya sekedar coba-coba dan belum terlalu ahli di bidang fotografi.

SE K770i
28 April 2009
12:11 PM





DSC-W110
9 April 2009
12:21 PM

Note: penulis menerima segala macam kritikan pedas dan membangun

:)

Jumat, 05 Juni 2009

Kantor Pos dan Zaman

Sebuah bangunan agak tua masih saja berdiri di jantung jalan kota Solo. Bangunan yang masih megah dengan sisi gelap dan isi yang tidak terlalu berfungsi dengan baik. Embel-embel Kantor Pos Solo (Persero) bertandang erat di papan yang tertempel di temboknya.

Samping jalan di kantor pos relatif lenggang. Padahal dulu banyak sekali pedagang kaki lima berjajar di trotoar yang sekarang tampak lenggang itu. Jasa orang mengangkat pun sudah tidak bisa ditemui lagi. Alih-alih semuanya menjadi tatanan rapi dan tidak berserakan seperti dulu, yang membuat kesemrawutan kota.

Kantor pos seperti barang substitusi yang sudah habis manisnya, sepahnya lalu dibuang. Kok bisa?
Dengan semakin majunya teknologi, peran kantor pos tidak lagi jadi icon pahlawan lagi. Bayangkan sadjo, semua peran kantor pos diambil alih oleh Mbah internet. * Dasar jahat kamu, Mbah Net! *
Haha.

Begini.

Coba kita telusuri jaman mekak ra penak dulu. Hal ini pasti juga sodara dan saya pernah mengalaminya. Ketika masih duduk di kelas enam SD, saat hari raya idul fitri tiba, saya suka sekali membeli kartu ucapan untuk dikirimkan ke teman-teman dan sanak sodara. Saya juga penggemar perangko dan pernah menjadi filatelis. Segala macam perangko saya kumpulkan dan kadang bertukaran dengan teman. Oleh karena itu, saya sering ke kantor pos (Itu duluuu...).
Pokoke nyenengkeh lah.

Kantor Pos Solo

Coba bandingkan di jaman sekarang, berkirim surat tidak harus lewat kantor pos lagi. Layanan jasa seperti SMS, MMS, facebook, email dan lain-lain sudah menjamur. Selain lebih cepat, jasa-jasa ini relatif lebih efisien dan murah - modern pula. Nggak usah bersusah payah ke kantor pos, kita sudah bisa menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan dengan cuma-cuma dan sambil duduk manis.
* Kok saya jadi serius begini ya? *

Intinya, jika kantor pos tidak melakukan inovasi, mungkin beberapa tahun ke depan kantor pos benar-benar bisa punah. Saya tidak ingin kantor pos punah!!! *Bengong*