Buku Tamu

Minggu, 01 April 2012

On A Day Like Ago


Teronggok...

Begitulah nasib sebuah keranjang basket di pekarangan rumah. Jika dianalogikan, pastilah dia menangis sejadi-jadinya, meminta sang empu menghargainya; menjadikannya dia seperti dulu lagi - Ingin dipuji, diperhatikan, dan dipakai.

Jika melihatnya tanpa berselimut debu dulu, saya teringat ketika keranjang jelek ini membantu mewujudkan apa yang ingin saya capai ketika SMA. Menjadi pemain basket profesional.

Ya, saya pernah masuk di dunia itu. Membuat saya terasa hidup di dua sisi. Di satu sisi banyak memberikan saya kejutan, sedang di sisi yang satunya membuat saya berpikir tentang sebuah perjuangan.

Banyak pula cerita pahit kadang manis terjadi di lapangan. Saya juga ingat benar suasana sebelum pertandingan dimulai, suara gemuruh tepuk tangan serta teriakan penonton yang ricuh terbesing terus sampai memekakkan telinga. Kadang saya mendengar dua pelatih saya, Mas Mamung dan Mas Yanuar teriak dan marah jika tim kami tidak defense maupun offense dengan benar.

Saya juga sangat ingat suasana ketika bertanding di lapangan. Keringat mengucur di pelipis mata, derap kaki para wanita perkasa di lapangan, serta rasa sakit di bagian tertentu akibat tubrukan dengan sesama jenis. Hemm, akankah saya bisa kembali ke masa itu (lagi)? Benar-benar rindu, saya rindu bermain basket.

Note:

Ada yang mau main man to man dengan saya sekarang? Call me soon! Hehe.