Buku Tamu

Jumat, 05 Juni 2009

Kantor Pos dan Zaman

Sebuah bangunan agak tua masih saja berdiri di jantung jalan kota Solo. Bangunan yang masih megah dengan sisi gelap dan isi yang tidak terlalu berfungsi dengan baik. Embel-embel Kantor Pos Solo (Persero) bertandang erat di papan yang tertempel di temboknya.

Samping jalan di kantor pos relatif lenggang. Padahal dulu banyak sekali pedagang kaki lima berjajar di trotoar yang sekarang tampak lenggang itu. Jasa orang mengangkat pun sudah tidak bisa ditemui lagi. Alih-alih semuanya menjadi tatanan rapi dan tidak berserakan seperti dulu, yang membuat kesemrawutan kota.

Kantor pos seperti barang substitusi yang sudah habis manisnya, sepahnya lalu dibuang. Kok bisa?
Dengan semakin majunya teknologi, peran kantor pos tidak lagi jadi icon pahlawan lagi. Bayangkan sadjo, semua peran kantor pos diambil alih oleh Mbah internet. * Dasar jahat kamu, Mbah Net! *
Haha.

Begini.

Coba kita telusuri jaman mekak ra penak dulu. Hal ini pasti juga sodara dan saya pernah mengalaminya. Ketika masih duduk di kelas enam SD, saat hari raya idul fitri tiba, saya suka sekali membeli kartu ucapan untuk dikirimkan ke teman-teman dan sanak sodara. Saya juga penggemar perangko dan pernah menjadi filatelis. Segala macam perangko saya kumpulkan dan kadang bertukaran dengan teman. Oleh karena itu, saya sering ke kantor pos (Itu duluuu...).
Pokoke nyenengkeh lah.

Kantor Pos Solo

Coba bandingkan di jaman sekarang, berkirim surat tidak harus lewat kantor pos lagi. Layanan jasa seperti SMS, MMS, facebook, email dan lain-lain sudah menjamur. Selain lebih cepat, jasa-jasa ini relatif lebih efisien dan murah - modern pula. Nggak usah bersusah payah ke kantor pos, kita sudah bisa menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan dengan cuma-cuma dan sambil duduk manis.
* Kok saya jadi serius begini ya? *

Intinya, jika kantor pos tidak melakukan inovasi, mungkin beberapa tahun ke depan kantor pos benar-benar bisa punah. Saya tidak ingin kantor pos punah!!! *Bengong*

Tidak ada komentar: