Buku Tamu

Sabtu, 28 Februari 2009

24 Minutes Forever

Trrrttt...trrrttt... trrrrt....

Handphone saya bergetar tanpa nada dan menggesrek-nggesrek meja dengan kasar. Ternyata alat kuno itu memanggil sang empu untuk membuka inboxnya. Ya, sudah saya prediksi, satu pesan singkat itu datang dari sahabat lama.

Seperti biasa, ucapan selamat ulang tahun saya lontarkan setiap tahun untuknya. Saya mendoakan dia agar panjang umur dan cita-cita yang diinginkannya tercapai. Yeah, sebuah hal simpel yang bisa saya ucapkan...

Hanya dengan ucapan sesederhana itu, dia mendoakan saya pula. Mendoakan agar kami - saya dan dia sukses di kemudian kelak dan berjanji akan bertemu jika sudah sukses. Kami sempat pula bernadzar untuk mendirikan sebuah yayasan. Maklum dia adalah calon bidan yang jiwa sosialnya sangat besar pasti.

Dan saya yang kala itu sedang mengalami gejala depresi ringan akibat nilai yang anjlok, tiba-tiba hal itu mengubah jalan pikiran di otak saya. Tadinya saya ingin menyerah karena saya rasai tidak mempunyai motivasi lagi untuk meraih cita-cita. Seperti yang saya tahu, tidak termotivasinya saya adalah karena saya sudah mencapai di puncak. Tapi saat di atas itulah, angin semakin kencang mendera. Saya merasa goyah dan ingin terjatuh.

Setelah berpikir lagi, saya terlalu naif dan terburu-buru mengambil sikap. Masih ada lawan yang tangguh untuk saya lawan. Yaitu diri saya sendiri dan orang lain di luar sana yang menunggu untuk dilawan.

24 minutes penuh motivasi
24 minutes penuh emosi
24 minutes yang mengubah saya
24 minutes untuk selamanya

Terimakasih sahabat, thanks to Dewi...



Tita,

Tidak ada komentar: