Buku Tamu

Minggu, 22 Februari 2009

A Story About Anthurium

(Part II)

Di postingan sebelumnya saya pernah bercerita tentang anthurium. Sejak awal saya tidak tahu kalau pada jaman ketenarannya, dia bisa bernilai mahal. Karena ketidaktahuan itu, saya acuhkan layaknya barang hidup tak berguna.

Kata orang, jika anthurium sudah mengeluarkan biji, dia akan kehilangan sebagian besar vitaminnya karena proses pembentukan biji itu. Sang induk secara besar-besaran menyedot vitamin yang ada dalam tubuhnya. Dan hal itu menimpa anthurium saya. Anthurium yang panjang daun sekitar satu meter ini mulai rapuh, kering di bagian ujung daunnya, dan tak tampak indah lagi seperti dulu.

Dan yang bisa saya petik dari fenomena ini adalah sebuah pengorbanan. Sang induk bekorban demi mempertahankan spesiesnya - seperti seorang ibu yang rela mengorbankan diri demi anak-anaknya. Dia akan mencurahkan segala vitalitasnya untuk hidup orang lain.

Dan lihat tunas-tunas anthurium yang berhasil ibu biakkan, tumbuh subur di taman. Dibalik kerapuhannya, dia mampu menumbuhkan tunas-tunas baru yang indah.

Anthurium saja mau berkorban, apalagi kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna di dunia ini, harus lebih baik lagi. Alangkah indah dunia ini jika kita mau berkorban untuk orang yang kita cintai.

Tidak ada komentar: